Sunday, December 5, 2010

TRIK MENGETAHUI ORANG YG LAGI BOONG

Menurut DR. Paul Ekman, cara paling mudah untuk mengetahui seseorang berbohong atau tidak adalah dengan melihat bahasa tubuh orang tersebut. Menurutnya, seorang pembohong memiliki gerakan tubuh yang sangat khas. Menghindari kontak mata dengan korbannya, menyentuh bagian muka, mata, wilayah tenggorokan, leher, menutup mulut, menggaruk hidung dan bagian belakang telinga. Mari saya jelaskan satu persatu 1. Mata Mata adalah gerbang jiwa, jendela menuju hati. Mata bisa berbicara banyak hal. Ini bukan ungkapan main-main. Saat seseorang sedang berbohong, mata orang tersebut selalu berupaya melihat ke arah lain, bukan ke arah lawan bicara. Gerakan mengalihkan pandangan ini, biasanya diikuti dengan menyentuh atau menggosok mata. Seperti terasa gatal padahal tidak. 2. Menutup mulut Menutup atau menyentuh mulut adalah gerakan yang paling sering dilakukan seseorang saat berbohong terutama anak-anak yang masih polos. Biasanya disertai dengan berbatuk atau dehem ( ehemmm). Reaksi menutup mulut dan berbatuk ini adalah refleks. Tanpa disadari otak kita menyuruh tangan untuk menghentikan kata-kata bohong yang kita ucapkan. 3. Menyentuh hidung Gerakan menyentuh hidung relatif lebih halus dibandingkan dengan gerakan tutup mulut tadi. Orang yang sedang berbohong dengan sendirinya akan mengusap bagian bawah hidung baik secara lembut atau cepat. Jadi, bukan tanpa alasan kalau Pinokio hidungnya memanjang saat dia berbohong. Kenapa bukan telinganya yang memanjang, kenapa bukan mulutnya saja yang panjang seperti Tukul Arwana, Kenapa harus hidung? Mungkin karena hidung sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah kebohongan. 4. Garuk-garuk Gerakan garuk menggaruk (padahal enggak gatel) sering dilakukan oleh para pembohong. Daerah yang paling sering kena garukan adalah Taman Lawang (Jiah..., itu mah garukan Satpol PP, Gen). Maksud saya leher, belakang telinga, hidung dan mata. Gerakan garuk garukan ini menunjukkan bahwa si pembohong sedang gugup menghadapi lawan bicara nya. Beberapa bagian tubuh akan seperti terasa gatal. Ini masih satu kesatuan dengan menyentuh hidung. Tapi awas, jangan sampai orang yang digigit nyamuk kamu cap sebagai pembohong. 5. Wajah Saat berbohong, akan ada perasaan takut atau cemas (takut ketahuan). Wajah yang berkeringat, tarikan nafas dalam, bibir jadi kering (pecah-pecah, tenggorokan sakit dan susah buang air besar). Muka berangsur-angsur menjadi pucat seperti terkena penyakit anemia. NB: Bahasa tubuh orang berbohong ini hanya berlaku bagi para pembohong yang masih amatiran. Kalau orang yang sudah ahli dalam bidang bohong-berbohong, rata-rata sudah bisa menguasai keadaan dan menyembunyikannya. Tapi setidaknya kamu ngga akan mudah dibohongi, karena sudah tau bagaimana bahasa
tubuh orang berbohong .

BELAJAR DISIPLIN

A. Apakah Disiplin Diri itu ? Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, Disiplin berarti melatih batin dan watak supaya perbuatannya menaati tata tertib. Disiplin diri berarti melatih diri melakukan segala sesuatu dengan tertib dan teratur secara berkesinambungan untuk meraih impian dan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup. Mengapa kita perlu disiplin ? Disiplin diri akan terasa manfaatnya jika kita memiliki suatu impian dan cita – cita yang ingin dicapai. Kita harus mendisiplinkan ( melatih ) diri untuk mengerjakan hal – hal yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, di dunia ini dibuat peraturan – peraturan yang disertai hukuman yang setimpal. Hal ini tidak lain agar setiap manusia mau belajar hidup disiplin dan menaati aturan yang ada sehingga dunia tidak kacau balau dan seseorang tidak dapat berbuat sekehendak hatinya. Mengapa disiplin itu sulit ? Kebiasaan yang kita lakukan akan menentukan masa depan kita. Kebiasaan yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik, begitupun sebaliknya, namun untuk membiasakan kebiasaan baik itu tidak mudah. Mengapa demikian ? Manusia memiliki sifat – sifat mendasar seperti : cenderung bermalas -malasan, ingin hidup seenaknya mengikuti keinginan hatinya dan keinginan untuk melanggar peraturan – peraturan Kita selalu menganggap pekerjaan sebagai suatu kewajiban apapun beban yang harus dilakukan, bukan sebagai kesenangan. Pepatah mengatakan “ kita akan lebih mudah menerapkan disiplin diri jika kita mencintai apa yang kita kerjakan ”. Manusia cenderung cepat bosan jika melakukan kegiatan yang sama dalam jangka waktu lama. Tips untuk dapat hidup dengan disiplin, dengan cara : Lakukan kegiatan selingan sesekali di luar rutinitas. Fokuskan fikiran pada tujuan akhir yang ingin dicapai. Tips untuk meningkatkan disiplin diri , dengan cara : Tetapkan tujuan atau target yang ingin dicapai dalam waktu dekat. Buat urutan prioritas hal – hal yang ingin kita lakukan. Buat jadwal kegiatan secara tertulis. Lakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang kita buat, tetapi Berusahalah untuk selalu dsiplin dengan jadwal program kegiatan yang sudah kita susun sendiri. Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita lakukan secara berulang – ulang dan terus menerus secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan. Disiplin diri dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan akan manjadi suatu kebiasaan yang mengarah pada tercapainya keunggulan. Keunggulan membuat kita memiliki kelebihan yang dapat kita gunakan untuk  meraih tujuan hidup yang menentukan masa depan Akhir kata, setelah kita semua mendapat materi ini diharapkan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar apa yang menjadi tujuan kita dapat tercapai. Satu hal penting, sebelum kita melakukan sesuatu itu terlebih dahulu tetapkanlah tujuan atau target dan tidak menunda sampai situasi sempurna. Karena secara tidak langsung kita telah menyimpannya di alam bawah sadar. Dan otomatis setiap tindakan yang akan kita lakukan selaras dengan apa yang telah kita simpan itu. “ not only what you see is what you get, but also what you think is what you get” . Kemudian lakukan terus dengan disiplin sehingga kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Prijosaksono, A dan Dwi Sanjaya, 2002. Use Your 7 Power. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.